Powered By Blogger

Minggu, 25 Desember 2011

TEHNOLOGI PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi barang dari sumber daya alam. Disamping menghailkan barang yang akan dikonsumsi manusia dihasilkan pula bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh manusia.
Bahan buangan ini makin hari makin bertambah banyak. Hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan disatu pihak ruangan hidup manusia relative tetap. Bahan buangan ini dikenal dengan istilah Sampah ( Waste ) yang dalamwujudnya dapat berbentuk cair,padat dan gas.
Wastes dapat diartikan sebagai benda yang tidak dipakai dan tidak bernilai ekonomis, tidak diinginkan, dan dibuang, berdasarkan masalah dan cara-cara penanganannya.
Jenis Sampah pada penggolongannya dapat berdasarkan pada komposisi kimia, sifat bmengurai, mudah tidaknya terbakar, berbahaya dan karakteristiknya. Berdasarkan penggolongan komposisi kimianya maka sampah dibagi menjadi sampah organic dan sampah anorganic. Sampah yang secara alami dapat terurai dan sampah yang sukar terurai adalah penggolongan sampah berdasarkan sifat mengurai.
      Berdasarkan mudah tidaknya terbakar, maka sampah dibagi menjadi sampah yang mudah terbakar atau combustible . Demikian juga ada penggolongan sampah berbahaya dan tidak berbahaya.

1.2  Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui Teknologi pengomposan sampah dipengolahan sampah cempaka putih.

1.3  Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam praktikum ini adalah hanya membahas tentang Tinjauan Teknologi Pengomposan



BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teknologi Pemanfaatan dan Pembuangan Akhir Sampah
      Pembuangan sampah akhir merupakan suatu hal yang tidak mungklin dicarikan alternative lain kecuali harus dimusnahkan atau dimanfaatkan
      Pemusnahan sampah yang telah dikenal sejak dulu adalah memanfaatkan lahan atau tanah yang tersedia didaerah setempat untuk pembuangan akhir. Dalam pemikiran ini disebabkan karena pembiayaan, namunj demikian perlu pertimbangan tertentu yaitu:
  1. Dampak Lingkungan
  2. Pemanfaatan dalam penggunaan daerah bekas pembuangan
  3. Pemakaian lahan yang bersifat sementara, sehingga memerlukan penilaian yang lebih teliti
  4. Perencanaan darurat, yaitu dengan memanfaatkanya daerah-daerah bekas bencana alam.
Atas dasar tersebut maka alternative pembuangan akhir pada permukaan tanah, cara sanitary landfill adalah cara yang paling tepat bagi pemusnahan sampah akhir.
            Cara pemusnahan sampah dapat dilakukan dengan memanfaatkan kembali sampah dari teknologi yang rendah sampai teknologi yang tinggi. Tekhnologi pemanfaatan dan pembuangan akhir sampah digolongkan menjadi:
  1. Memanfaatkan sampah dengan teknik pengelolaan menjadi bahan yang berguna antara lain kompos dan gas bio.
  2. Memusnahkan sampah atau mereduksi seperti insenerator.
2.2        Kompos
Pengolahan sampah garbage (organic) secara biologis dan berlangsung dalam suasana aerobic dan an aerobic. Dekomposisi sampah dengan batuan bakteri, di peroleh kompos atau humus. Dekomposisi an aerobic berjalan dengan sangat lambat & menimbulkan bau, tetapi dekomposisi aerobic berjalan relative cepat dari dekomposisi anaerobic dan kurang menimbulkan bau.
Agar di peroleh kompos yang baik dan berfungsi sebagai penggembur tanah ( soil condition ), sehingga mempertinggi tampungan air, maka dalam pelaksanaan pembuatan kompos perlu di perhatikan beberapa factor penting yaitu :
1.      Besarnya partikel garbage ( bahan organic )
Untuk mendapatkan hasiol optimum, sampah garbage di potong-potong sebesar 1-3 inchi.
2.      Pengadukan
Untuk mencegah pengeringan, pengumpulan dan penyaluran udara, bahan yang di komposkan harus di campur aduk pada waktu yang telah di jadwalkan secara teratur atau bila diperlukan.
3.      Penyemaian
Waktu pengomposan dapat di perpendek dengan penyemaian yang menggunakan sampah yang telah mengalami dekomposisi sejumlah 15% berat, “ sewage slude “. Nutrient juga bias di tambah untuk cxampuran bahan compos. Bila ini di tambahkan maka kelembaban akhir merupakan variable yang harus di awali
4.      Udara ( Oxigen )
Udara dengan sekurang kurangnya mengandung 50%  Oxigen yang harus mencapai seluruh bagian kompos, untuk mendaptkannya harus yang optimum khususnya pada system mekanik.
5.      Kelembaban ( Kandungan Uap Air )
Kandungan uap air seharusnya diantara 50-60 % selama proses pengomposan yang optimum kira-kira 55%.
6.      Suhu optimum untuk stabilisasi secara biologis antara 45-55%, untuk menghasilkan yang baik suhu seharusnya diatur antara 50-55 C. Untuk beberapa hari pertama dan antara 55 – 60 C, untuk sisa waktu pengomposan. Bila suhu sampai 66 C aktivitas Biologis dapat direduksi secara bermakna.
7.      C/ N Ratio
Telah ditemukan bahwa C-N Ratio dalam berat antara 35-50 adalah optimum untuk pengomposan aerobic. Pada ratio yang lebih rendah kelebihan Nitrogen akan diubah menjadi Amoniak.
8.      pH
pH harus dicegah meningkat diatas 8,5 untuk memperkecil hilangnya nitrogen dalam pembentukan gas ammonia.
9.      Bakteri dan Pengawasan bakteri phatogen
Mikroorganisme sangat dibutuhkan dalam proses pembusukan,sebagian besar dalam peristiwa pembusukan, bahan-bahan organic adalah jenis bakteri, fungi, dan actynomycetes. Bila pengomposan berjalan dengan semestinya hal ini memungkinkan untuk mematikan pathogen rumput liar, biji-bijian,. Untuk itu suhu diatur 60-70 C untuk waktu 24 jam.
            Dengan pertimbangan diatas, dikenala ada beberapa metoda dalam pembuatan kompos yaitu:
1.      Alamiah
-         Tradisional
-         Sederhana
2.      Mekanis/Modern
Metoda tradisional banyak dilakukan oleh petani, yaitu penghancuran bahan organic tanpa udara, caranya dengan membuat tumpukansampah didalam lubang tanah atau diatas tanah tanpa dibalik-balik, cara ini memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kompos dan timbul bau dari gas yang H2S, dan NH3.
Metoda sederhana adalah peningkatan dari metoda tradisional, disamping waktu untuk mendapatkan kompos relatip pendek dibandingkan metoda tradisional dan kurang menimbulkan bau. Cara ini memerlukan pengadukan dengan membalik-balikan sampah, dapat pula menambah nutrient yang berupa Lumpur atau kotoran binatang.
Metoda mekanis/modern adalah dikerjakan dipabrik untuk menghasilkan kompos dengan waktu yang singkat. Sampah yang telah dipisahkan dari bahan organic bukan organic ( karet,palstik,logam_) dipotong-potong kecil dengan alat mekanis, selanjutnya dimasukkan pada digester/stabilisator agar terjadi dekomposisi pada digester ini perlu pengaturan suhu,udara dan pengadukan, setelah 3-5 hari dapat menghasilkan kompos dan dapat pula ditambah zat kimia tertentu untuk keperluan tanaman ( seperti carbon, nitrogen, phosphor, sulphur, dll ).


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Waktu Pelaksanaan
 Kegiatan praktek ini dilakukan pada
Hari                  : Selasa
Tanggal            : 3 mei 2011
Pukul                : 08.00 s/d Selesai

3.2 Lokasi
            Adapun lokasi praktek ini dilakukan di Rt 05 Kel. Cempaka Putih
3.3 Hasil Kegiatan
            Dalam wilayah kerja tempat pengomposan sampah Cempaka Putih terdiri dari sekitar tempat pengolahan tersebut. Yang mana setiap rumah menghasilkan sampah domestic yang berbeda-beda karakteristiknya, dimana seluruh sampah akan diangkut setiap harinya dengan Gerobak sampah.  pengambilan sampah dari pagi hingga tengah hari, setelah sampah selesai diangkut semuanya, kemudian dari tengah hari sampai sorenya adalah saatnya untuk memilah sampah sebelum dilakukan pengomposan.
            Proses pengomposan sendiri dilakukan oleh 3 orang pekerja, tetapi pekerja yang lebih dominan tugasnya disini ialah satu orang selain bertugas dalam memilah, ia juga bertugas mengambil seluruh sampah yang ada di seluruh kawasan atau wilayah kerja tersebut.
            Setelah sampah dipilah menurut jenisnya maka sampah tersebut dikumpulkan dan kurang lebih dalam waktu 1 minggu sampah tersebut digiling oleh mesin penggiling, penggilingan ini bertujuan untuk membuat pengomposan lebih efektif karena hasilm dari penggilingan ini adalah berupa bubur sampah sehingga kompos akan menjadi lebih berkualitas, dalam melakukan penggilingan sampah dibubuhkan obat EM4 agar sampah lebih cepat digiling dan dalam proses pengomposannya berjalan dengan baik, kemudian selanjutnya setelah digiling sampah tersebut disimpan/difermentasi agar menjadi pupuk kompos dan telah netral pH nya dan suhunya sesuai dengan suhu lingkungan.

           

3.4  Permasalahan
            Dalam upaya melakukan proses 3R, salah satunya adalah mengurangi vol sampah dengan cara pengomposan, dari hasil praktek yang telah dilakukan ditemukan berbagai masalah yaitu:
-         Masyarakat mencampur adukkan semua karakteristik sampah, sehingga petugas harus melakukan pemilahan dan memakan waktu yang lama.
-         Karena tidak dijaga pada malam harinya, maka sampah beresiko akan diserakkan oleh hewan pengganggu.
-         Keterbatasan sarana dan prasarana dalam pengomposan tersebut.
-         Lahan yang digunakan masih terlalu sempit
-         Apabila tidak selesai dikerjakan, maka sampah akan dihinggapi banyak lalat dan serangga lainnya.
3.5    Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang dapat dilakukan terhadap masalah diatas adalah sebagai berikut:
-         Masyarakat harus memisahkan sampah basah dan kering agar memudahkan petugas untuk mengelola sampah tersebut.
-         Lahan yang digunakan sedapat mungkin diperluas sehingga kapasitas      pengomposan dapat diperbanyak.
-         Hindarkan tumpukan sampah dari gangguan serangga dan binatang lainnya karena binatang tersebut dapat menimbulkan masalah baru seperti pencemaran sampah yang bertaburan dimana-mana.



BAB IV
PENUTUP


5.1        Kesimpulan
Dari hasil kegiatan praktek pengomposan yang telah dilakukan di Perumnas Aurduri dapat diambil kesimpulan bahwa:
-         Kegiatan yang dilakukan disana sudah menggunakan peralatan dengan teknlogi yang lumayan canggih.
-          Wilayah kerja tempat pengomposan tersebut meliputi sekitar tempat pengolahan kompos tersebut
5.2  Saran
-         Sebaiknya pekerja menggunakan APD dalam melakukan pekerjaannya untuk menghindari terjadinya kecelakaan ataupun cidera karena bahaya yang ditimbulkan dari sampah, karena kondisi sampah ada yang berupa benda tajam seperti pecahan kaca ataupun kaleng serta benda tajam lainnya.
-         Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan lagi ketersediaan dan kelengkapan alat penunjang dalam melakukan pengomposan di tempat tersebut.
-         Masyarakat setempat harus lebih selektif lagi terhadap sampah dan karakteristiknya, untuk memudahkan pekerja melakukan pekerjaannya dalam pengomposan tersebut.
-         Masyarakat seharusnya berpandangan terhadap sampah itu tidak hanya sebagai bahan buangan yang tidak bernilai ekonomis lagi, tetapi sebagai bahan untuk meningkatkan perekonomian keluarga.




1 komentar:

  1. The Wizard of Odds & Casinos | JT Hub
    › › The Wizard of Odds & Casinos › › The Wizard of Odds & Casinos The Wizard of Odds 계룡 출장마사지 & 제주도 출장샵 Casinos The Wizard 포천 출장샵 of Odds 시흥 출장샵 & Casinos The Wizard of Odds & Casinos The Wizard of Odds & Casinos The Wizard of Odds & Casinos The Wizard of 군포 출장안마

    BalasHapus